Menurutku seharusnya bukan 6 tapi 7 batu ujian cinta.
Dan yang ketujuh itu yang paling penting dari semuanya.
Yang ketujuh adalah kehendak Tuhan.
Aku dan yayangku sudah melewati 6 batu ujian cinta dan lulus dengan baik. Tetapi kami tidak lulus pada ujian ke-7 ini. Setelah pacaran 7 tahun (hampir 8 tahun) dengan 6 tahun LDR (long distance relationship) Jakarta-Surabaya, akhirnya kami harus putus. Sakit, marah, kecewa campur aduk jadi satu. Mengapa baru sekarang, mengapa Tuhan harus menunggu 7 tahun untuk menyatakan kehendakNya? Mungkin kalau permasalahannya karena ngga lulus salah satu dari 6 ujian itu, mungkin.... semuanya akan jadi lebih mudah.
Tanyakan: "Apakah cinta kita adalah kehendak sempurna dari Allah?
Sudahkah kita menjadi pasangan yang sepadan?"
Dan satu hal, belajarlah untuk percaya bahwa Tuhan selalu baik dan merancangkan yang terindah bagi kita, sekalipun berat.... sangat berat.... Sekalipun itu berarti hujan air mata entah sampai kapan. Sekalipun itu berarti kematian kecil bagi jiwamu. Supaya nanti... jiwaku akan hidup lagi sebagai ciptaan baru dalam Tuhan. Amin.
05 Maret 2008
6 Batu Ujian Cinta
SUMBER : "JODOHKU", oleh Walter Trobisch
Beberapa dari Batu Ujian ini dikutip Trobisch dari buku "LOVE AND THE FACTS OF LIFE" oleh Evelyn Duvall.
(Dicopy-paste dari forum www.akupercaya.com)
Bagaimana kami tahu bahwa cinta kami cukup dalam untuk menghantar kami ke arah berdampingan seumur hidup, menuju kepada kesetiaan yang sempurna? Bagaimana kami dapat yakin bahwa cinta kami ini cukup matang untuk diikat sumpah nikah serta janji untuk berdampingan seumur hidup sampai maut memisahkan?
Pertama, Ujian untuk merasakan sesuatu bersama.
Cinta sejati ingin merasakan bersama, memberi, mengulurkan tangan.
Cinta sejati memikirkan pihak yang lainnya, bukan memikirkan diri sendiri. Jika kalian membaca sesuatu, pernahkah kalian berpikir, aku ingin membagi ini bersama sahabatku? Jika kalian merencanakan sesuatu, adakah kalian hanya berpikir tentang apa yang ingin kalian lakukan, ataukah apa yang akan menyenangkan pihak lain? Sebagaimana Herman Oeser, seorang penulis Jerman pernah mengatakan, "Mereka yang ingin bahagia sendiri, janganlah kawin. Karena yang penting dalam perkawinan ialah membuat pihak yang lain bahagia.
- mereka yang ingin dimengerti pihak yang lain, janganlah kawin. Karena yang penting di sini ialah mengerti pasangannya."
Maka batu ujian yang pertama ialah:
"Apakah kita bisa sama-sama merasakan sesuatu? Apakah aku ingin menjadi bahagia atau membuat pihak yang lain bahagia?"
Kedua, Ujian kekuatan.
Saya pernah menerima surat dari seorang yang jatuh cinta, tapi sedang risau hatinya. Dia pernah membaca entah di mana, bahwa berat badan seseorang akan berkurang kalau orang itu betul-betul jatuh cinta. Meskipun dia sendiri mencurahkan segala perasaan cintanya, dia tidak kehilangan berat badannya dan inilah yang merisaukan hatinya. Memang benar, bahwa pengalaman cinta itu juga bisa mempengaruhi keadaan jasmani. Tapi dalam jangka panjang cinta
sejati tidak akan menghilangkan kekuatan kalian; bahkan sebaliknya akan memberikan kekuatan dan tenaga baru pada kalian. Cinta akan memenuhi kalian dengan kegembiraan serta membuat kalian kreaktif, dan ingin menghasilkan lebih banyak lagi.
Batu ujian kedua :
"Apakah cinta kita memberi kekuatan baru dan memenuhi kita dengan tenaga kreatif, ataukah cinta kita justru menghilangkan kekuatan dan tenaga kita?"
Ketiga, Ujian penghargaan.
Cinta sejati berarti juga menjunjung tinggi pihak yang lain. Seorang gadis mungkin mengagumi seorang jejaka, ketika ia melihatnya bermain bola dan mencetak banyak gol. Tapi jika ia bertanya pada diri sendiri, "Apakah aku mengingini dia sebagai ayah dari anak-anakku?", jawabnya sering sekali menjadi negatif. Seorang pemuda mungkin mengagumi seorang gadis, yang dilihatnya sedang berdansa. Tapi sewaktu ia bertanya pada diri sendiri, "Apakah aku mengingini dia sebagai ibu dari anak-anakku?", gadis tadi mungkin akan berubah dalam pandangannya.
Pertanyaannya ialah:
"Apakah kita benar-benar sudah punya penghargaan yang tinggi satu kepada yang lainnya? Apa aku bangga atas pasanganku?"
Keempat, Ujian kebiasaan.
Pada suatu hari seorang gadis Eropa yang sudah bertunangan datang pada saya. Dia sangat risau, "Aku sangat mencintai tunanganku," katanya, "tapi aku tak tahan caranya dia makan apel." Gelak tawa penuh pengertian memenuhi ruangan. "Cinta menerima orang lain bersama dengan kebiasaannya. Jangan kawin berdasarkan paham cicilan, lalu mengira bahwa kebiasaan-kebiasaan itu akan berubah di kemudian hari. Kemungkinan besar itu takkan terjadi. Kalian harus menerima pasanganmu sebagaimana adanya beserta segala kebiasaan dan
kekurangannya.
Pertanyaannya:
"Apakah kita hanya saling mencintai atau juga saling menyukai?"
Kelima, Ujian pertengkaran.
Bilamana sepasang muda mudi datang mengatakan ingin kawin, saya selalu menanyakan mereka, apakah mereka pernah sesekali benar-benar bertengkar - tidak hanya berupa perbedaan pendapat yang kecil, tetapi benar-benar bagaikan berperang. Seringkali mereka menjawab, "Ah, belum pernah, pak, kami saling mencintai." Saya katakan kepada mereka, "Bertengkarlah dahulu - barulah akan kukawinkan kalian." Persoalannya tentulah, bukan
pertengkarannya, tapi kesanggupan untuk saling berdamai lagi. Kemampuan ini mesti dilatih dan diuji sebelum kawin. Bukan seks, tapi batu ujian pertengkaranlah yang merupakan pengalaman yang "dibutuhkan" sebelum kawin.
Pertanyaannya:
"Bisakah kita saling memaafkan dan saling mengalah?"
Keenam, Ujian waktu.
Sepasang muda mudi datang kepada saya untuk dikawinkan. "Sudah berapa lama kalian saling mencintai?" Tanya saya. "Sudah tiga, hampir empat minggu," jawab mereka. Ini terlalu singkat. Menurut saya minimum satu tahun bolehlah. Dua tahun lebih baik lagi. Ada baiknya untuk saling bertemu, bukan saja pada hari-hari libur atau hari minggu dengan berpakaian rapih, tapi juga pada saat bekerja di dalam hidup sehari-hari, waktu belum rapi, atau cukur, masih mengenakan kaos oblong, belum cuci muka, rambut masih awut-awutan, dalam suasana yang tegang atau berbahaya. Ada suatu peribahasa kuno, "Jangan kawin sebelum mengalami musim panas dan musim dingin bersama dengan pasanganmu." Sekiranya kalian ragu-ragu tentang perasaan cintamu, sang waktu akan memberi kepastian.
Tanyakan:
"Apakah cinta kita telah melewati musim panas dan musim dingin? Sudah cukup
lamakah kita saling mengenal?"
Dan izinkan saya memberikan suatu kesimpulan yang gamblang. Seks bukan batu ujian bagi cinta. "Jika sepasang muda mudi ingin punya hubungan seksual untuk mengetahui
apakah mereka saling mencintai, perlu ditanyakan pada mereka, "Demikian kecilnya cinta kalian?" Jika kedua-duanya berpikir, "Nanti malam kita mesti melakukan seks - kalau tidak pasanganku akan mengira bahwa aku tidak mencintai dia atau bahwa dia tidak mencintai aku," maka rasa takut akan kemungkinan gagal sudah cukup menghalau keberhasilan percobaan itu. Seks bukan suatu batu ujian bagi cinta, sebab seks akan musnah saat diuji.
Cobalah adakan observasi atas diri saudara sendiri pada waktu saudara pergi tidur. Saudara mengobservasi diri sendiri, kemudian tidak bisa tidur. Atau saudara tidur, kemudian tidak lagi bisa mengobservasi diri sendiri. Sama benar halnya dengan seks sebagai suatu batu ujian untuk cinta. Saudara menguji, sesudah itu tidak lagi mau mencintai. Atau saudara mencintai,
kemudian tidak menguji. Untuk kepentingan cinta itu sendiri, cinta perlu mengekang menyatakan dirinya secara jasmaniah sampai bisa dimasukkan ke dalam dinamika segitiga perkawinan.
Beberapa dari Batu Ujian ini dikutip Trobisch dari buku "LOVE AND THE FACTS OF LIFE" oleh Evelyn Duvall.
(Dicopy-paste dari forum www.akupercaya.com)
Bagaimana kami tahu bahwa cinta kami cukup dalam untuk menghantar kami ke arah berdampingan seumur hidup, menuju kepada kesetiaan yang sempurna? Bagaimana kami dapat yakin bahwa cinta kami ini cukup matang untuk diikat sumpah nikah serta janji untuk berdampingan seumur hidup sampai maut memisahkan?
Pertama, Ujian untuk merasakan sesuatu bersama.
Cinta sejati ingin merasakan bersama, memberi, mengulurkan tangan.
Cinta sejati memikirkan pihak yang lainnya, bukan memikirkan diri sendiri. Jika kalian membaca sesuatu, pernahkah kalian berpikir, aku ingin membagi ini bersama sahabatku? Jika kalian merencanakan sesuatu, adakah kalian hanya berpikir tentang apa yang ingin kalian lakukan, ataukah apa yang akan menyenangkan pihak lain? Sebagaimana Herman Oeser, seorang penulis Jerman pernah mengatakan, "Mereka yang ingin bahagia sendiri, janganlah kawin. Karena yang penting dalam perkawinan ialah membuat pihak yang lain bahagia.
- mereka yang ingin dimengerti pihak yang lain, janganlah kawin. Karena yang penting di sini ialah mengerti pasangannya."
Maka batu ujian yang pertama ialah:
"Apakah kita bisa sama-sama merasakan sesuatu? Apakah aku ingin menjadi bahagia atau membuat pihak yang lain bahagia?"
Kedua, Ujian kekuatan.
Saya pernah menerima surat dari seorang yang jatuh cinta, tapi sedang risau hatinya. Dia pernah membaca entah di mana, bahwa berat badan seseorang akan berkurang kalau orang itu betul-betul jatuh cinta. Meskipun dia sendiri mencurahkan segala perasaan cintanya, dia tidak kehilangan berat badannya dan inilah yang merisaukan hatinya. Memang benar, bahwa pengalaman cinta itu juga bisa mempengaruhi keadaan jasmani. Tapi dalam jangka panjang cinta
sejati tidak akan menghilangkan kekuatan kalian; bahkan sebaliknya akan memberikan kekuatan dan tenaga baru pada kalian. Cinta akan memenuhi kalian dengan kegembiraan serta membuat kalian kreaktif, dan ingin menghasilkan lebih banyak lagi.
Batu ujian kedua :
"Apakah cinta kita memberi kekuatan baru dan memenuhi kita dengan tenaga kreatif, ataukah cinta kita justru menghilangkan kekuatan dan tenaga kita?"
Ketiga, Ujian penghargaan.
Cinta sejati berarti juga menjunjung tinggi pihak yang lain. Seorang gadis mungkin mengagumi seorang jejaka, ketika ia melihatnya bermain bola dan mencetak banyak gol. Tapi jika ia bertanya pada diri sendiri, "Apakah aku mengingini dia sebagai ayah dari anak-anakku?", jawabnya sering sekali menjadi negatif. Seorang pemuda mungkin mengagumi seorang gadis, yang dilihatnya sedang berdansa. Tapi sewaktu ia bertanya pada diri sendiri, "Apakah aku mengingini dia sebagai ibu dari anak-anakku?", gadis tadi mungkin akan berubah dalam pandangannya.
Pertanyaannya ialah:
"Apakah kita benar-benar sudah punya penghargaan yang tinggi satu kepada yang lainnya? Apa aku bangga atas pasanganku?"
Keempat, Ujian kebiasaan.
Pada suatu hari seorang gadis Eropa yang sudah bertunangan datang pada saya. Dia sangat risau, "Aku sangat mencintai tunanganku," katanya, "tapi aku tak tahan caranya dia makan apel." Gelak tawa penuh pengertian memenuhi ruangan. "Cinta menerima orang lain bersama dengan kebiasaannya. Jangan kawin berdasarkan paham cicilan, lalu mengira bahwa kebiasaan-kebiasaan itu akan berubah di kemudian hari. Kemungkinan besar itu takkan terjadi. Kalian harus menerima pasanganmu sebagaimana adanya beserta segala kebiasaan dan
kekurangannya.
Pertanyaannya:
"Apakah kita hanya saling mencintai atau juga saling menyukai?"
Kelima, Ujian pertengkaran.
Bilamana sepasang muda mudi datang mengatakan ingin kawin, saya selalu menanyakan mereka, apakah mereka pernah sesekali benar-benar bertengkar - tidak hanya berupa perbedaan pendapat yang kecil, tetapi benar-benar bagaikan berperang. Seringkali mereka menjawab, "Ah, belum pernah, pak, kami saling mencintai." Saya katakan kepada mereka, "Bertengkarlah dahulu - barulah akan kukawinkan kalian." Persoalannya tentulah, bukan
pertengkarannya, tapi kesanggupan untuk saling berdamai lagi. Kemampuan ini mesti dilatih dan diuji sebelum kawin. Bukan seks, tapi batu ujian pertengkaranlah yang merupakan pengalaman yang "dibutuhkan" sebelum kawin.
Pertanyaannya:
"Bisakah kita saling memaafkan dan saling mengalah?"
Keenam, Ujian waktu.
Sepasang muda mudi datang kepada saya untuk dikawinkan. "Sudah berapa lama kalian saling mencintai?" Tanya saya. "Sudah tiga, hampir empat minggu," jawab mereka. Ini terlalu singkat. Menurut saya minimum satu tahun bolehlah. Dua tahun lebih baik lagi. Ada baiknya untuk saling bertemu, bukan saja pada hari-hari libur atau hari minggu dengan berpakaian rapih, tapi juga pada saat bekerja di dalam hidup sehari-hari, waktu belum rapi, atau cukur, masih mengenakan kaos oblong, belum cuci muka, rambut masih awut-awutan, dalam suasana yang tegang atau berbahaya. Ada suatu peribahasa kuno, "Jangan kawin sebelum mengalami musim panas dan musim dingin bersama dengan pasanganmu." Sekiranya kalian ragu-ragu tentang perasaan cintamu, sang waktu akan memberi kepastian.
Tanyakan:
"Apakah cinta kita telah melewati musim panas dan musim dingin? Sudah cukup
lamakah kita saling mengenal?"
Dan izinkan saya memberikan suatu kesimpulan yang gamblang. Seks bukan batu ujian bagi cinta. "Jika sepasang muda mudi ingin punya hubungan seksual untuk mengetahui
apakah mereka saling mencintai, perlu ditanyakan pada mereka, "Demikian kecilnya cinta kalian?" Jika kedua-duanya berpikir, "Nanti malam kita mesti melakukan seks - kalau tidak pasanganku akan mengira bahwa aku tidak mencintai dia atau bahwa dia tidak mencintai aku," maka rasa takut akan kemungkinan gagal sudah cukup menghalau keberhasilan percobaan itu. Seks bukan suatu batu ujian bagi cinta, sebab seks akan musnah saat diuji.
Cobalah adakan observasi atas diri saudara sendiri pada waktu saudara pergi tidur. Saudara mengobservasi diri sendiri, kemudian tidak bisa tidur. Atau saudara tidur, kemudian tidak lagi bisa mengobservasi diri sendiri. Sama benar halnya dengan seks sebagai suatu batu ujian untuk cinta. Saudara menguji, sesudah itu tidak lagi mau mencintai. Atau saudara mencintai,
kemudian tidak menguji. Untuk kepentingan cinta itu sendiri, cinta perlu mengekang menyatakan dirinya secara jasmaniah sampai bisa dimasukkan ke dalam dinamika segitiga perkawinan.
20 September 2007
Smile..... :)
Senyum..., smile...
Ini kata favoritku waktu SMP dan SMA dulu.
Ada sejarahnya sih...
Waktu SD itu aku dituntut mesti jadi juara 1, beban gara2 jadi juara 1 waktu kelas 1 dan kudu mertahanin.
Nah... waktu SMP juga masih gitu sih gara2 udah terdoktrin sejak kecil, jadi kalau ga bisa ngerjain ulangan gitu, stresss banget, sumpek.., mo marah n nangis jadi satu.
Ceritanya waktu itu aku kelas 2 SMP n barusan aja ada ulangan (lupa ulangan apa, matematika klo ngga fisika) n rasane aku ngga bisa ngerjain soalnya sama sekali. Sing jelas waktu itu aku down banget, merasa bodoh, useless, dsb.
Kejadiannya sih simple banget, sementara aku lagi down, temen sebelahku (namanya Hendra seingatku) malah happy banget.
Lagi fall in love kayaknya... trus dia ngasih senyum yg maniiisss banget ke aku.
Gitu aja.... ngga ada saran atau nasehat apa-apa, tp trus rasane aku jd ga down lagi, merasa diterima gt deh.
Aku jadi isa mikir jernih klo apa sing wis lewat toh ga isa diulang lagi.
Masio (meskipun) aku nangis darah, ulanganku tetep aja nilainya ngga bakalan nambah :)
So.... diratapi juga ga ada gunanya, sing penting skr gimana caranya biar ulangan berikutnya bisa diperbaiki.
Hehe... ternyata hikmat Tuhan itu bisa datang kapan aja ya...
Beberapa thn kemudian baru deh dpt ayat yg sesuai:
"Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (Mat 6:27)....
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. (Mat 6:34)"
Nah... sejak itu aku mo jadi kayak temenku itu, mo ngasih senyum yg manis ke orang lain, supaya orang yg down kayak aku waktu itu bisa ceria lagi (hehe.. teorinya sih gitu..).
Waktu SMA masih bisa sih begitu..
Aku ingat temen SMA-ku dulu (Irwan) pernah cerita di suratnya pas kita udah sama2 lulus SMA (hehe jadul masih surat2an biar keep in touch) n bilang klo dia itu suka liat aku bisa tetep senyum sekalipun lagi ada masalah.
Ada juga sih lainnya, dia suka liat aku n temen2ku tiap pagi ke kapel utk doa (miss that time).
Thx bro utk konfirmasinya. Hehe.... ternyata berguna juga ya senyum itu.
Orang lain jadi ngerasa seneng juga.
Tapi....., sejak kuliah semuanya beda, ngga ada kapel utk bisa doa n say hi to the Lord.
Lama-kelamaan jadi lupa juga prinsip yang satu itu, apalagi pas ker.
Sekarang bawaannya gampang bgt emosi, marah, nyalahin orang lain, jadi egois pol n stubborn.
Kemarin aja gt lagi....
Pagi ini setelah lama berusaha cuek n susah bgt buat doa, akhirnya ngobrol n curhat sebentar ama Tuhan. Rasane enak bgt... lega, damai. Jadi inget lagi soal senyum, mo dipraktekin lagi ah...
Keep smiling, my friends....
You are so worthy.
Ini kata favoritku waktu SMP dan SMA dulu.
Ada sejarahnya sih...
Waktu SD itu aku dituntut mesti jadi juara 1, beban gara2 jadi juara 1 waktu kelas 1 dan kudu mertahanin.
Nah... waktu SMP juga masih gitu sih gara2 udah terdoktrin sejak kecil, jadi kalau ga bisa ngerjain ulangan gitu, stresss banget, sumpek.., mo marah n nangis jadi satu.
Ceritanya waktu itu aku kelas 2 SMP n barusan aja ada ulangan (lupa ulangan apa, matematika klo ngga fisika) n rasane aku ngga bisa ngerjain soalnya sama sekali. Sing jelas waktu itu aku down banget, merasa bodoh, useless, dsb.
Kejadiannya sih simple banget, sementara aku lagi down, temen sebelahku (namanya Hendra seingatku) malah happy banget.
Lagi fall in love kayaknya... trus dia ngasih senyum yg maniiisss banget ke aku.
Gitu aja.... ngga ada saran atau nasehat apa-apa, tp trus rasane aku jd ga down lagi, merasa diterima gt deh.

Aku jadi isa mikir jernih klo apa sing wis lewat toh ga isa diulang lagi.
Masio (meskipun) aku nangis darah, ulanganku tetep aja nilainya ngga bakalan nambah :)
So.... diratapi juga ga ada gunanya, sing penting skr gimana caranya biar ulangan berikutnya bisa diperbaiki.
Hehe... ternyata hikmat Tuhan itu bisa datang kapan aja ya...
Beberapa thn kemudian baru deh dpt ayat yg sesuai:
"Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (Mat 6:27)....
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. (Mat 6:34)"
Nah... sejak itu aku mo jadi kayak temenku itu, mo ngasih senyum yg manis ke orang lain, supaya orang yg down kayak aku waktu itu bisa ceria lagi (hehe.. teorinya sih gitu..).
Waktu SMA masih bisa sih begitu..
Aku ingat temen SMA-ku dulu (Irwan) pernah cerita di suratnya pas kita udah sama2 lulus SMA (hehe jadul masih surat2an biar keep in touch) n bilang klo dia itu suka liat aku bisa tetep senyum sekalipun lagi ada masalah.
Ada juga sih lainnya, dia suka liat aku n temen2ku tiap pagi ke kapel utk doa (miss that time).
Thx bro utk konfirmasinya. Hehe.... ternyata berguna juga ya senyum itu.
Orang lain jadi ngerasa seneng juga.
Tapi....., sejak kuliah semuanya beda, ngga ada kapel utk bisa doa n say hi to the Lord.
Lama-kelamaan jadi lupa juga prinsip yang satu itu, apalagi pas ker.
Sekarang bawaannya gampang bgt emosi, marah, nyalahin orang lain, jadi egois pol n stubborn.
Kemarin aja gt lagi....
Pagi ini setelah lama berusaha cuek n susah bgt buat doa, akhirnya ngobrol n curhat sebentar ama Tuhan. Rasane enak bgt... lega, damai. Jadi inget lagi soal senyum, mo dipraktekin lagi ah...
Keep smiling, my friends....
You are so worthy.
31 Agustus 2007
Bali III
Hari ke-3 dan terakhir di Bali, 19 Agustus 2007. Jadwal hari ini sebenarnya cuma perjalanan pulang aja ke Surabaya. Tapi karena kemarin sore jadwal ke Tanah Lot digantikan dgn Jimbaran, jadinya hari ini kita ke Tanah Lot. Horeeee.... untung travelnya baik, kita pikir Tanah Lot-nya udah dibatalin kayak yang Uluwatu. Cuma... skr udah ngga pake guide lagi, Bli Nyoman-nya udah nge-guide rombongan lain. Lagian kan emang langsung balik Surabaya. Jadi guide-nya lokal aja dari tournya, namanya Mas Edi. O ya, sekedar info nama agen tournya itu Nuriyah Tour & Travels. Hehe... namanya sih kurang meyakinkan, ga keren gitu loh, tapi pelayanannya lumayan ok kok.
Tanah Lot-nya baguuuussss.... ombaknya lumayan gedhe trus pemandangannya cantik buat foto2. Ilang deh ngambeknya, hehe.... pagi-pagi sempat ngambek gara2... ada deh, biasa hehe... stubborn. Sayangnya udah rada siang, jadi mulai panas. Fotonya jadi mata sipit semua hehe..., khusus punyaku udah ga sipit lagi tapi merem, lha aslinya udah sipit... hihi...

Btw, aku pake kain yang kemarin beli di Galuh, bagus kan warnanya.... [narsis mode on] :p Waaaaa..., cepet banget waktunya, udah mesti lanjut lagi biar ga kemalaman sampai Surabaya.
Kita makan siang di RM Bidadari lagi, sama kayak pertama kali nyampe di Bali, terus lanjut naik ferry ke Ketapang. Btw, aku sempat sakit pas di Gilimanuk hik..hik... sampe tumpah2 di dermaga segala, pas mau masuk ke ferry-nya. Syukur deh, setengah perjalanan ferry-nya aku udah sehat lagi. Thank you, Lord.
Makan malam di mana ya??? Lupa... yang jelas yang ini kita bayar sendiri karena emang seharusnya udah nyampe di Surabaya, tapi ternyata masih di Bondowoso. Temen-temen pada beli tape n tambahan oleh-oleh. Aku sih cuma nitip 1 besek sama beli kerang-kerangan buat pajangan di kamar. Udah deh..., abis itu sepanjang perjalanan bobok mulu... sampe Surabaya hampir jam 12 malam. Abis deh liburannya, tinggal capeknya.. hoammm... ngantuk.... Untung besok aku cuti :p, curang.... hehe... peace!
27 Agustus 2007
Bali II
Hari ke-2 di Bali. Jam 4 pagi waktu Bali (WITA) kita sudah bangun.
Rencananya mau melihat sunrise di pantai Sindhu, ngga jauh dari hotel tempat kita menginap.
Kita menginap di Coconut Hotel di daerah Sanur, letaknya di jl. By pass Ngurah Rai.
Hotelnya bagus. Konsepnya itu desa di Bali. Tiap kamar ada sofa kecil di luar n di beberapa kamar ada semacam gapura kecil untuk pintu masuknya.
Ada kolam renangnya juga lho...
Kita berangkat ber-6 : aku + cowokku (Mas Lutfi), Mutia + Safuwan, Nicko + Sherly A.
Hehe... sudah direncanakan sejak kemarin malam neeh...
Berhubung masih pagi banget, jalanan masih sepi n masih gelap.
Kita jalan kaki sekitar 15 menit, sampai deh di pantai Sindhu.
Pantai ini ternyata pantai nelayan, ada beberapa perahu yang parkir di tepi pantainya.
Terus ada jalan paving yang dibangun menjorok ke arah lautnya.
Kita foto2 bersama di situ. Tapi gara2 anginnya kenceng banget yang ada fotonya jadi kabur semua.
Kayak penampakan gitu hihihi....
Akhirnya kita duduk-duduk aja di ujung jalan paving sambil nunggu sunrise.
Eh.... ditunggu sampe jam 5 lebih, suasananya tetep sama... gelap.
Yang ada malah insiden kecil. Lampu sorot untuk kameranya mas Lutfi jatuh n masuk ke celah batu.
Weleh... masih gelap, nyarinya susah, untung senter di HP-nya Mumut (Mutia maksudnya) cukup terang, lagian gantungan HP-nya panjang.
So... bisa dimasukin ke celah-celah batu buat nyari. Trus si Nicko + Sherly A sampe bela-belain balik ke hotel buat ambil senter.
Setelah ngubek-ngubek 1/2 jam-an akhirnya ketahuan klo itu lampu jatuhnya di balik batu.
Untungnya lagi, batunya agak kecil jadi bisa diangkat. Coba klo jatuhnya di tempat lain, batu-batunya gedhe2 mana kuat ngangkatnya.
Horeeee..... ketemu deh.
Sudah jam 05.30 WITA n masih gelap juga. Aneh.... terpaksa balik ke hotel deh, soalnya belum mandi-mandi n jam 7 sudah makan pagi.
Kita mampir dulu di Mc D, maem kentang + minum teh, ceritanya mas Lutfi syukuran neeh.. lampu sorotnya ketemu. :)
Btw, yang namanya teh hangat itu ternyata kita dikasih air panas 1 gelas kecil, 1 kantong teh celup dan gula. Ngracik dewe, rek.
Jam 6 kita balik ke hotel, itu baru ada tanda2 kehidupan, eh... tanda2 matahari terbit.
Sia-sia deh bela-belain bangun pagi, ternyata mataharinya kesiangan.
Mau gmn lagi, ga jadi liat sunrise deh..
Jadwal hari ini kita ke pusat jajanan Maharani dulu, buat beli oleh-oleh.
Sssttt... di situ jajannya mahal-mahal. Baru tau pas siangnya kita ke pasar Sukawati.
Contohnya neeh: kacang asin Rahayu yg 400g di situ dijual Rp 37.500, di pasar Rp 25.000.
Ihhhh.... sebel, udah terlanjur beli di situ sih.
Sudah gt kacangnya kok ngga kayak dulu ya??? Dulu kan kecil-kecil renyah n asin gt.
Sekarang kayak kacang biasa, rada atos n ga asin juga. Mending juga katom [..tit..]. Hehe... bukan iklan.

Dari Maharani kita ke pertunjukan tari Barong.
Awalnya sih males banget, ngapain juga liat2 tarian mending main di pantai hehe... tapi pingin tau jg sih kayak apa.
Tarian ini murni utk pertunjukan jadi ada jadwalnya tiap hari jam 09.30 WITA. Musik pengiringnya gending Bali.
Trus ternyata ada ceritanya lho.. n ternyata lagi, bagus banget.... n lucu...
Nah... yang kita tonton ini judulnya: Sahadewa Tumbal.
Nanti deh klo ngga males n ketemu copy-an ceritanya, baru ditulis di blog. :D
Abis nonton Barong, kita mampir ke Galuh, yang ini pusat batik dan seni.
Di sini harganya juga lumayan mahal, udah di-diskon 50% tapi tetep aja mahal. Kualitasnya emang lebih bagus sih...
Aku cuma beli 1 kain pantai yang bisa dilipat jadi rok, soalnya warnanya bagus: merah muda trus ada gradasi warnanya ke kuning.
Itu juga harganya Rp 35.000 (setelah diskon). Hehe... kain ini akhirnya aku pakai pas perjalanan pulang (hari ke-3).
Dari Galuh, kita langsung ke Pasar Seni Sukawati. Di sini aku cuma muter bentar n ga beli apa2.
Abis itu kita langsung ke Bedugul. Perjalanannya lama banget... sekitar 2,5 jam.
Waktunya abis di bis aja neeh.....
Di perjalanan, Bli Nyoman Su... (sorry lupa namanya), guide kita cerita n jelasin soal Bali.
Orangnya lucu n asyik juga sih, jadi tau dikit2 tentang budaya n adat di Bali.
Sepanjang perjalanan berikutnya, bobok...zzzz... ngantuk neeh, bangun jam 4 pagi sih.
Jam 14.00 kita baru nyampe di Bedugul. Hujan deres, man.....
Kita langsung digiring ke restoran utk makan siang. Jauh-jauh perjalanan cuma buat maem, hiks...
Padahal katanya sih klo ngga ujan di situ kita juga bisa main parasailing, banana boat, dsb, kayak di Tanjung Benoa.
Untungnya abis maem sdh reda, jadi masih sempat foto2.
Sayangnya, berkabut jadi ngga bisa foto2 danan Bratan-nya. Danaunya luas banget ngga kayak Sarangan, Madiun, hehe...
Kita sempatin beli strawberry di situ, lumayan murah sih, soalnya daerah situ memang daerah pertanian sayur mayur n buah.
Dari Bedugul, balik lagi ke kota, perjalanan panjang lagi menuju Jimbaran.
Asyik... maem malem romantis sambil liat sunset di Jimbaran, ceileeee....., main air...
Sunsetnya ngga keliatan sih, mendung... tapi tetep keren hehe... basah semua.
OK, hari ke-2 selesai, cepet banget ya..... Besok sudah harus balik ke Surabaya. Sampe hotel, mandi n bobok zzzzz....
Rencananya mau melihat sunrise di pantai Sindhu, ngga jauh dari hotel tempat kita menginap.
Kita menginap di Coconut Hotel di daerah Sanur, letaknya di jl. By pass Ngurah Rai.
Hotelnya bagus. Konsepnya itu desa di Bali. Tiap kamar ada sofa kecil di luar n di beberapa kamar ada semacam gapura kecil untuk pintu masuknya.
Ada kolam renangnya juga lho...
Kita berangkat ber-6 : aku + cowokku (Mas Lutfi), Mutia + Safuwan, Nicko + Sherly A.
Hehe... sudah direncanakan sejak kemarin malam neeh...
Berhubung masih pagi banget, jalanan masih sepi n masih gelap.
Kita jalan kaki sekitar 15 menit, sampai deh di pantai Sindhu.
Pantai ini ternyata pantai nelayan, ada beberapa perahu yang parkir di tepi pantainya.
Terus ada jalan paving yang dibangun menjorok ke arah lautnya.
Kita foto2 bersama di situ. Tapi gara2 anginnya kenceng banget yang ada fotonya jadi kabur semua.
Kayak penampakan gitu hihihi....
Akhirnya kita duduk-duduk aja di ujung jalan paving sambil nunggu sunrise.
Eh.... ditunggu sampe jam 5 lebih, suasananya tetep sama... gelap.
Yang ada malah insiden kecil. Lampu sorot untuk kameranya mas Lutfi jatuh n masuk ke celah batu.
Weleh... masih gelap, nyarinya susah, untung senter di HP-nya Mumut (Mutia maksudnya) cukup terang, lagian gantungan HP-nya panjang.
So... bisa dimasukin ke celah-celah batu buat nyari. Trus si Nicko + Sherly A sampe bela-belain balik ke hotel buat ambil senter.
Setelah ngubek-ngubek 1/2 jam-an akhirnya ketahuan klo itu lampu jatuhnya di balik batu.
Untungnya lagi, batunya agak kecil jadi bisa diangkat. Coba klo jatuhnya di tempat lain, batu-batunya gedhe2 mana kuat ngangkatnya.
Horeeee..... ketemu deh.
Sudah jam 05.30 WITA n masih gelap juga. Aneh.... terpaksa balik ke hotel deh, soalnya belum mandi-mandi n jam 7 sudah makan pagi.
Kita mampir dulu di Mc D, maem kentang + minum teh, ceritanya mas Lutfi syukuran neeh.. lampu sorotnya ketemu. :)
Btw, yang namanya teh hangat itu ternyata kita dikasih air panas 1 gelas kecil, 1 kantong teh celup dan gula. Ngracik dewe, rek.
Jam 6 kita balik ke hotel, itu baru ada tanda2 kehidupan, eh... tanda2 matahari terbit.
Sia-sia deh bela-belain bangun pagi, ternyata mataharinya kesiangan.
Mau gmn lagi, ga jadi liat sunrise deh..
Jadwal hari ini kita ke pusat jajanan Maharani dulu, buat beli oleh-oleh.
Sssttt... di situ jajannya mahal-mahal. Baru tau pas siangnya kita ke pasar Sukawati.
Contohnya neeh: kacang asin Rahayu yg 400g di situ dijual Rp 37.500, di pasar Rp 25.000.
Ihhhh.... sebel, udah terlanjur beli di situ sih.
Sudah gt kacangnya kok ngga kayak dulu ya??? Dulu kan kecil-kecil renyah n asin gt.
Sekarang kayak kacang biasa, rada atos n ga asin juga. Mending juga katom [..tit..]. Hehe... bukan iklan.

Dari Maharani kita ke pertunjukan tari Barong.
Awalnya sih males banget, ngapain juga liat2 tarian mending main di pantai hehe... tapi pingin tau jg sih kayak apa.
Tarian ini murni utk pertunjukan jadi ada jadwalnya tiap hari jam 09.30 WITA. Musik pengiringnya gending Bali.
Trus ternyata ada ceritanya lho.. n ternyata lagi, bagus banget.... n lucu...
Nah... yang kita tonton ini judulnya: Sahadewa Tumbal.
Nanti deh klo ngga males n ketemu copy-an ceritanya, baru ditulis di blog. :D
Abis nonton Barong, kita mampir ke Galuh, yang ini pusat batik dan seni.
Di sini harganya juga lumayan mahal, udah di-diskon 50% tapi tetep aja mahal. Kualitasnya emang lebih bagus sih...
Aku cuma beli 1 kain pantai yang bisa dilipat jadi rok, soalnya warnanya bagus: merah muda trus ada gradasi warnanya ke kuning.
Itu juga harganya Rp 35.000 (setelah diskon). Hehe... kain ini akhirnya aku pakai pas perjalanan pulang (hari ke-3).
Dari Galuh, kita langsung ke Pasar Seni Sukawati. Di sini aku cuma muter bentar n ga beli apa2.
Abis itu kita langsung ke Bedugul. Perjalanannya lama banget... sekitar 2,5 jam.
Waktunya abis di bis aja neeh.....
Di perjalanan, Bli Nyoman Su... (sorry lupa namanya), guide kita cerita n jelasin soal Bali.
Orangnya lucu n asyik juga sih, jadi tau dikit2 tentang budaya n adat di Bali.
Sepanjang perjalanan berikutnya, bobok...zzzz... ngantuk neeh, bangun jam 4 pagi sih.
Jam 14.00 kita baru nyampe di Bedugul. Hujan deres, man.....
Kita langsung digiring ke restoran utk makan siang. Jauh-jauh perjalanan cuma buat maem, hiks...
Padahal katanya sih klo ngga ujan di situ kita juga bisa main parasailing, banana boat, dsb, kayak di Tanjung Benoa.
Untungnya abis maem sdh reda, jadi masih sempat foto2.
Sayangnya, berkabut jadi ngga bisa foto2 danan Bratan-nya. Danaunya luas banget ngga kayak Sarangan, Madiun, hehe...
Kita sempatin beli strawberry di situ, lumayan murah sih, soalnya daerah situ memang daerah pertanian sayur mayur n buah.
Dari Bedugul, balik lagi ke kota, perjalanan panjang lagi menuju Jimbaran.
Asyik... maem malem romantis sambil liat sunset di Jimbaran, ceileeee....., main air...
Sunsetnya ngga keliatan sih, mendung... tapi tetep keren hehe... basah semua.
OK, hari ke-2 selesai, cepet banget ya..... Besok sudah harus balik ke Surabaya. Sampe hotel, mandi n bobok zzzzz....
23 Agustus 2007
Bali I
Haaaaiiiiiiii..........
Ini blogku yang pertama, iseng aja sebenernya, masa programmer ga punya blog hehe...
Programmer yang gaptek neeh, biar aja deh, yang penting kerjaan di kantor beres ;p
Libur kemerdekaan kemarin, Plexus Team wisata ke Bali.
Mumpung neeh.... dapat subsidi dari kantor, jadi tiap kepala cuma nambah Rp 125.000. Asyik kan...
Berhubung yang berangkat itu pasangan-pasangan, jadinya aku ngajak cowokku juga,
hehe.. daripada nanti bengong sendirian.
Seru lho, di kantor kita ada 3 pasangan sampai dibilang banyak dewa-dewi cinta di kantor kita :D
Kita berangkat ber-10, 3 pasangan tadi + aku dan cowokku, terus ada lagi Amanu dan ceweknya,
ditambah lagi peserta tour lainnya.
Kita berangkat dari Surabaya 16 Agustus 2007 kurang lebih jam 18.30 WIB,
langsung makan malam di restoran Gempol Asri dekat tol yang menuju Banyuwangi.
Restoran satu ini lumayan bagus, arsitekturnya jawa, pintu-pintunya dari kayu ukir, dindingnya juga
dihiasi batu-batu, keren deh... sampe kamar mandinya juga pake pintu-pintu kuno gt.
Aku sempatin foto di dekat pintu masuknya, narsis... hehe...
Kita sampai di Ketapang jam 02.00 pagi, antri lama banget, akhirnya jam 06.00-an baru kita menyebrang.
Sedihnya, anginnya kenceng dan ngga ada lumba-lumba, emang biasanya ada apa ngga ya?
Ingetku dulu pas jaman SMU thn 1996-an itu waktu nyebrang bisa liat lumba-lumba deh, apa mimpi ya..???
Sampe di Gilimanuk kita langsung makan pagi di RM Bidadari, ga pake acara mandi, waktunya cuma dijatah 45 menit.
Gpp kalau bau kan 1 bis, klo ada yang sempat mandi jg paling 1-2 orang :D
Habis makan, kita langsung menuju Tanjung Benoa.
Di sini kita bisa main parasailing, banana boat, flying fish, diving, snorkeling, juga naik perahu ke pulau penyu.
Tapi karena keterbatasan waktu dan biaya, hehe.., kita cuma mencoba parasailing.
Yang lain mahal.. flying fish itu berdua Rp 175.000, ga jelas juga itu harga tiap kepala atau udah dua.
Kalau diving & snorkeling, hehe... boro-boro, berenang aja ngga bisa.
Parasailing ini sejenis terjun payung. Kita menggunakan parasut tapi ngga terjun dari pesawat, melainkan ditarik dengan boat.
Tegang... n takut, tapi mupeng... akhirnya semua Plexus Team ikutan nyoba.
Ngga mahal-mahal amat sih Rp 50.000 untuk 1x putaran.
Kita lari bentar di pantai, terus langsung deh terbang.... hehe.. ngeri... tapi kok cuma bentar ya...
Tau-tau udah waktunya turun.
O ya, kita dipinjami sarung tangan warna merah di tangan kiri dan warna biru di tangan kanan.
Di tali parasutnya juga dikasih tanda warna yang sama.
Waktu mau turun ada yang ngasih aba2 dengan ngibarin bendera biru, terus kita disuruh narik tali yang kanan (sarung tangan biru).
Kata mereka yang merah hanya ditarik kalau darurat aja.
Btw, semua ceweknya ternyata perlu narik yang merah juga sebentar, kayaknya yang cewek narik yang biru kurang kuat, jadi turunnya masih perlu dibantu yang merah hehe..... Pingin nyoba lagi neeh.. kurang lama, belum sempat cuci mata hihihi....
Abis parasailing aku cuma pingin satu, makan..., laper banget setelah narik2 tali.
Kita makan di situ juga, setelah itu foto-foto.
Sebenarnya sih abis makan itu jadwalnya ke Pura Luhur Uluwatu, tapi berhubung ada yang berangkat ke pulau penyu jadinya nunggu.
Kabarnya sih di pulau penyu isinya cuma penyu aja, jadi males........
Molorrr... deh jadwalnya jadi ngga bisa ke Uluwatu, kita langsung lanjut ke GWK (Garuda Wisnu Kencana), yang bakalan jadi patung terbesar di dunia. Weleh..., ternyata itu patung baru jadi kepalanya Wisnu ama kepala garudanya aja. Padahal di gambar maketnya itu nanti si Wisnu naik di atas garudanya, kayak di film Brama Kumbara jadul itu. Hehe... masih lumayannya tempatnya asyikk.. luas, bisa foto2 narsis gitu.
Kemudian, kita lanjut lagi ke pantai Kuta untuk melihat sunset.
Gilaaa.....macet banget, sampai di pantai udah terbenam mataharinya. Tapi masih ada semburat merahnya sih...
Bagus banget.... pasir pantainya halussss... You are so amazing, Lord.
Kurang..... masih pingin lama di Kuta, hik..hik....
Langit keburu gelap, dengan perjuangan berebut naik shuttle bus, akhirnya sampai deh di terminalnya bis.
Perjalanan ke hotel dimulai, sampai di hotel, makan malam trus bobok deh.

Ini blogku yang pertama, iseng aja sebenernya, masa programmer ga punya blog hehe...
Programmer yang gaptek neeh, biar aja deh, yang penting kerjaan di kantor beres ;p
Libur kemerdekaan kemarin, Plexus Team wisata ke Bali.
Mumpung neeh.... dapat subsidi dari kantor, jadi tiap kepala cuma nambah Rp 125.000. Asyik kan...
Berhubung yang berangkat itu pasangan-pasangan, jadinya aku ngajak cowokku juga,
hehe.. daripada nanti bengong sendirian.
Seru lho, di kantor kita ada 3 pasangan sampai dibilang banyak dewa-dewi cinta di kantor kita :D
Kita berangkat ber-10, 3 pasangan tadi + aku dan cowokku, terus ada lagi Amanu dan ceweknya,
ditambah lagi peserta tour lainnya.
Kita berangkat dari Surabaya 16 Agustus 2007 kurang lebih jam 18.30 WIB,langsung makan malam di restoran Gempol Asri dekat tol yang menuju Banyuwangi.
Restoran satu ini lumayan bagus, arsitekturnya jawa, pintu-pintunya dari kayu ukir, dindingnya juga
dihiasi batu-batu, keren deh... sampe kamar mandinya juga pake pintu-pintu kuno gt.
Aku sempatin foto di dekat pintu masuknya, narsis... hehe...
Kita sampai di Ketapang jam 02.00 pagi, antri lama banget, akhirnya jam 06.00-an baru kita menyebrang.
Sedihnya, anginnya kenceng dan ngga ada lumba-lumba, emang biasanya ada apa ngga ya?
Ingetku dulu pas jaman SMU thn 1996-an itu waktu nyebrang bisa liat lumba-lumba deh, apa mimpi ya..???
Sampe di Gilimanuk kita langsung makan pagi di RM Bidadari, ga pake acara mandi, waktunya cuma dijatah 45 menit.
Gpp kalau bau kan 1 bis, klo ada yang sempat mandi jg paling 1-2 orang :D
Habis makan, kita langsung menuju Tanjung Benoa.
Di sini kita bisa main parasailing, banana boat, flying fish, diving, snorkeling, juga naik perahu ke pulau penyu.
Tapi karena keterbatasan waktu dan biaya, hehe.., kita cuma mencoba parasailing.
Yang lain mahal.. flying fish itu berdua Rp 175.000, ga jelas juga itu harga tiap kepala atau udah dua.
Kalau diving & snorkeling, hehe... boro-boro, berenang aja ngga bisa.
Parasailing ini sejenis terjun payung. Kita menggunakan parasut tapi ngga terjun dari pesawat, melainkan ditarik dengan boat.
Tegang... n takut, tapi mupeng... akhirnya semua Plexus Team ikutan nyoba.

Ngga mahal-mahal amat sih Rp 50.000 untuk 1x putaran.
Kita lari bentar di pantai, terus langsung deh terbang.... hehe.. ngeri... tapi kok cuma bentar ya...
Tau-tau udah waktunya turun.
O ya, kita dipinjami sarung tangan warna merah di tangan kiri dan warna biru di tangan kanan.
Di tali parasutnya juga dikasih tanda warna yang sama.
Waktu mau turun ada yang ngasih aba2 dengan ngibarin bendera biru, terus kita disuruh narik tali yang kanan (sarung tangan biru).
Kata mereka yang merah hanya ditarik kalau darurat aja.
Btw, semua ceweknya ternyata perlu narik yang merah juga sebentar, kayaknya yang cewek narik yang biru kurang kuat, jadi turunnya masih perlu dibantu yang merah hehe..... Pingin nyoba lagi neeh.. kurang lama, belum sempat cuci mata hihihi....
Abis parasailing aku cuma pingin satu, makan..., laper banget setelah narik2 tali.
Kita makan di situ juga, setelah itu foto-foto.
Sebenarnya sih abis makan itu jadwalnya ke Pura Luhur Uluwatu, tapi berhubung ada yang berangkat ke pulau penyu jadinya nunggu.
Kabarnya sih di pulau penyu isinya cuma penyu aja, jadi males........
Molorrr... deh jadwalnya jadi ngga bisa ke Uluwatu, kita langsung lanjut ke GWK (Garuda Wisnu Kencana), yang bakalan jadi patung terbesar di dunia. Weleh..., ternyata itu patung baru jadi kepalanya Wisnu ama kepala garudanya aja. Padahal di gambar maketnya itu nanti si Wisnu naik di atas garudanya, kayak di film Brama Kumbara jadul itu. Hehe... masih lumayannya tempatnya asyikk.. luas, bisa foto2 narsis gitu.
Kemudian, kita lanjut lagi ke pantai Kuta untuk melihat sunset.
Gilaaa.....macet banget, sampai di pantai udah terbenam mataharinya. Tapi masih ada semburat merahnya sih...
Bagus banget.... pasir pantainya halussss... You are so amazing, Lord.
Kurang..... masih pingin lama di Kuta, hik..hik....
Langit keburu gelap, dengan perjuangan berebut naik shuttle bus, akhirnya sampai deh di terminalnya bis.
Perjalanan ke hotel dimulai, sampai di hotel, makan malam trus bobok deh.

Langganan:
Komentar (Atom)
